Molly Tea dan Hatoya Matcha Masuk Indonesia: New Tea Hype? | RETAILITORY
Keberadaan kopi dan teh sebagai gaya hidup masyarakat Indonesia menunjukkan potensi besar pasar minuman. Buktinya, merek asing berbondong-bondong masuk Indonesia. Banyak di antaranya bahkan sukses besar, misalnya Chatime.
Setelah kehadiran Chagee pada awal 2025, tiga merek asing asal Asia siap meramaikan persaingan kedai teh di Indonesia. Kedua merek tersebut adalah Molly Tea, Hatoya Matcha, dan ChuChat.
Serbuan merek-merek tersebut tidak mengejutkan, mengingat keberhasilan merek seperti Teazzi, Xing Fu Tang, dan Chatime.
MOLLY TEA
Molly Tea (茉莉奶白) merupakan kedai teh asal Tiongkok yang didirikan pada 2021. Salah satu gerainya dikonfirmasi akan hadir di Gandaria City, Jakarta Selatan. Menurut rumor (tidak terkonfirmasi), gerai pertama Molly Tea akan ada di Jakarta Utara.
Gerai Molly Tea |
Konsentrasi menu Molly Tea merupakan teh oriental yang umumnya berupa kombinasi teh bunga dengan rasa yang lebih tradisional dibanding bubble tea. Minuman yang dijadikan andalannya adalah Champaca Milk Tea, Jasmine Milk Tea, dan Jasmine Matcha Tea.
Sebagai intermezzo, nama Molly berasal dari kata mo li hua yang berarti bunga melati. Oleh karena itu, minuman di sini kebanyakan berbasis bunga melati.
Gelas Molly Tea dengan whipped cream |
Secara desain, Molly Tea tampil dengan gaya sederhana tapi tetap premium. Interiornya didesain dengan warna yang kontras dan permainan lighting yang lembut sehingga terkesan mewah. Menurut beberapa orang, gaya serta menunya memang agak mirip dengan Chagee.
Bila Chagee lebih menonjolkan kesan tradisional, Molly tampil dengan branding yang lebih modern dengan promosi yang lebih bold.
Selain milk tea, Molly Tea juga menghadirkan menu seperti snowy whipped cream tea (teh dengan krim kocok), oat milk tea, iced tea, dan teh buah. Sebagai informasi, Molly Tea menggunakan beberapa jenis material, di antaranya adalah oolong, gardenia, cempaka, osmanthus, dan oolong Tieguanyin.
Kedai teh asal kota Shenzen ini memiliki maskot, seorang peri sebagai perwujudan bunga melati.
Bagi pecinta Molly Tea yang sedang berada di luar negeri, lokasinya juga bisa ditemui di Amerika Serikat, Australia, Kanada, dan Thailand.
HATOYA MATCHA (8108)
Selain milk tea, pecinta matcha juga bakal dimanjakan dengan Hatoya Matcha, kedai teh yang berasal dari Kyoto, Jepang. Cabang di Indonesia merupakan yang pertama di luar Jepang. Kabarnya, gerai pertama Hatoya akan berada di Lippo Mall Puri, Jakarta Barat.
Kalau dilihat secara tampilan, gerai Hatoya cenderung sederhana dan kecil. Karakternya sebagai merek Jepang dijadikan nilai jual untuk konsumen. Hal ini diwujudkan lewat bar dan dapur terbuka. Dengan begitu, muncul kesan artisan atau craftmanships yang diharapkan menarik.
Hatoya (8108) di Jepang - Sumber: Hatoya Kyoto/Instagram |
Berbeda dibanding Molly Tea yang mengandalkanmilk tea, Hatoya mencoba memperkenalkan teh hijau (matcha) dalam bentuk hidangan ringan dan minuman.
Secara umum, terdapat beberapa jenis minuman yang ditawarkan Hatoya Matcha, yakni matcha latte, matcha shake, dan hojicha latte. Lapisan atas minuman bisa diberi topping brown sugar, susu gandum, rice balls, es krim, dan matcha whipped cream.
Di samping itu, pengunjung bisa membeli menu pendamping seperti matcha pudding, es krim, matcha terrine cake, dan dango.
CHUCHAT
Yang terakhir, terdapat ChuChat yang juga berasal dari Tiongkok. Dua gerainya dikonfirmasi akan hadir di Ruko Summarecon Serpong dan Ruko PIK 2. Strateginya cukup menarik karena menyasar lokasi di luar mal.
Gerai Summarecon Serpong sendiri tergolong unik karena hadir dengan konsep reserve.
Gambaran gerai ChuChat - Sumber: ChuChat China |
Didirikan pada 2016, kedai teh ini diklaim sebagai pelopor sea salt iced tea. Selain menu tersebut, ChuChat juga menawarkan fruit tea, light milk tea, serta teh klasik.
Kedai teh yang identik dengan warna biru ini menampilkan desain gerai dan branding kontemporer.
Sebelum akhirnya buka di Indonesia, ChuChat terlebih dahulu melakukan ekspansi ke Malaysia, Oman, Amerika Serikat, Uni Emirat Arab.
LOOKING BACK AND FORWARD
Kilas balik ke era 2010-an, kita mungkin mengingat tren thai tea dan boba. Tren teh a la Thailand muncul lebih dulu dengan merek seperti Dum Dum. Teh yang terkenal dengan warna oranye ini menjadi buah bibir karena rasanya yang manis dan kaya dengan rempah-rempah dan susu.
Memasuki akhir dekade 2010-an, bubble tea (atau boba) kembali digandrungi karena beberapa inovasi rasa, khususnya brown sugar bubble tea yang dipopulerkan oleh Xing Fu Tang.
Kehadiran ketiga merek yang baru dibahas ini membuat variasi toko teh semakin beragam di Indonesia. Pada saat yang bersamaan, mereka akan perlu bersaing dengan puluhan merek lokal dan asing yang sudah terjun lebih dulu. Contohnya adalah Feel Matcha, Matcha Man, Matchaya, Sancha, Teazzi, Chatime, dan KOI The.
Komentar
Posting Komentar